Cara Terbaik untuk Pulih dari Patah Hati (II)

yundaily
3 min readAug 21, 2022

--

foto: dokumen pribadi

Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Hari Kamis siang di sela jam istirahat kerja, dia menemuiku untuk mengantarkan es yang dibelinya khusus untukku. Penampilannya sederhana, begitupun caranya untuk mendapatkan hatiku. Namun di pertemuan kami, terlepas dari kebaikan hatinya, diriku yang masih terluka akan pahitnya ditinggal seseorang yang aku sukai, tak ingin terlalu menganggap serius kehadirannya.

Meski begitu, aku tetap memberinya kesempatan untuk mengenalku. Dan aku, membiarkan diriku untuk kembali membuka diri walau tertatih.

Satu hal yang membuatku yakin adalah bagaimana dia tak mempermasalahkan laju hubungan ini. Pelan-pelan saja. Jika memang cocok, kita bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Sama seperti wanita lain yang mendambakan kepastian, aku pun akhirnya membuka kembali pintu hatiku yang nyaris terkunci.

Ada pepatah legendaris yang sudah diketahui semua orang: obat dari patah hati adalah jatuh cinta dengan orang yang baru. Namun, aku tak mau menjadikannya obat dari patah hatiku. Aku harus menyembuhkan diriku sendiri dulu sebelum benar-benar memberikan perasaanku kepadanya. Dan itu adalah sebuah tantangan yang sulit.

Aku bersyukur karena dia mau mengerti keadaanku. Dia mau bersabar ketika aku mengisyaratkan untuk menungguku siap. Aku kagum pada upayanya untuk terbuka tentang dirinya bahkan sejak pertemuan pertama kami.

Kali pertama aku tersadar perasaanku untuknya mulai tumbuh adalah saat dia membawaku pergi ke sebuah tempat dengan pemandangan kota yang indah. Ironisnya, aku sedang sangat marah padanya karena ketelodorannya hari itu. Namun, langit senja yang aku lihat sore itu menghapus rasa kesalku padanya. Hatiku yang sempat kacau perlahan kembali tenang saat dihadapkan pada pemandangan kota, langit sore, dan hamparan air bendungan di depanku. Dan, pada akhirnya, hujan di Minggu sore itu seolah menghapus semua kenangan dan luka masa laluku. Meskipun dia membuatku marah dan kecewa, anehnya aku tetap mencari-carinya saat dia lama tak kunjung kembali dari membeli minuman.

Ketika hujan turun, kami berteduh bersama orang-orang lain yang sedang menikmati senja di tempat itu. Aku masih dengan aksi diamku, tapi dia tak kehabisan ide untuk mengajakku bicara tentang hal sepele. Dan ketika dia meminta maaf atas kesalahannya, aku sadar bahwa aku telah berbuat bodoh karena terlalu overthinking.

“Kenapa kamu memilih aku?” tanyaku padanya, ketika suasana telah sedikit lebih sepi dan obrolan kami menjadi lebih serius.

“Karena di usia kita yang sekarang ini, aku ingin menjalin hubungan yang serius. Dan jika pada akhirnya yang aku seriusin itu kamu, malah lebih bagus, kan? Jadi mohon kerja samanya, ya?”

Dan begitulah cara kami memulai hubungan sebagai sepasang kekasih.

Sejujurnya, aku pun masih tak menyangka hubungan kami akan terjalin secepat ini. Aku dan dia sama-sama pernah terluka, sama-sama punya masa lalu dan sisi negatif masing-masing, dan mungkin masih banyak yang tidak kami ketahui. Namun entah sejak kapan, hatiku pun setuju untuk memilihnya. Aku jatuh hati pada setiap pemikiran yang terlontar dari mulutnya, caranya memandang masa depan, dan terlebih lagi pada caranya memperlakukanku. Memang sih, dia tidak romantis, tapi aku bisa merasakan ketulusan perhatiannya. Bersamanya aku akhirnya bisa merasakan bahwa ternyata berdua itu lebih baik daripada sendirian. Berkatnya aku akhirnya menyadari bahwa aku layak mendapatkan kisah cinta dalam skenario kehidupanku. Karena selama ini aku pikir aku tak akan pernah bisa mendapatkan cinta…

Jika di postingan sebelumnya aku menulis bahwa cara terbaik untuk pulih dari patah hati adalah dengan hidup berdampingan dengan rasa sakit itu sendiri… kali ini aku punya jawaban lain.

Cara terbaik untuk pulih dari patah hati yang kedua adalah dengan menerima kehadiran seseorang yang baru di hidup kita. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita membiarkan diri kita untuk membuka hati pada kisah yang baru.

Dan untuk kamu yang kini menjadi kekasihku: terima kasih ya telah hadir di hidupku.

--

--