Menjadi Pengangguran di Usia 28 Tahun

yundaily
3 min readNov 2, 2023

--

Aku rasa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dengan sadarnya memilih menjadi pengangguran. Apalagi jika kamu adalah anak perempuan pertama, dengan orang tua yang tak lagi seproduktif dulu, seorang adik laki-laki yang sebentar lagi masuk SMA, dan terutama kamu sekarang sedang butuh banyak biaya untuk menikah.

Aku sendiri tak pernah ada rencana untuk mengambil langkah berani ini. Lalu mengapa? Di saat seharusnya aku semakin giat bekerja, atau setidaknya bertahan di tempat kerjaku sekarang hingga tiba waktunya aku menikah; mengapa “tiba-tiba” aku menjadi pengangguran?

I would say that it was just happen like that. Semuanya terjadi begitu saja.

Aku telah berencana mengundurkan diri dari tempat kerjaku akhir tahun ini, hingga suatu hari ada seorang kenalan ibuku yang menawarkan pekerjaan, yang sangat sesuai dengan tipe pekerjaan yang aku sedang aku butuhkan. Tak perlu kerja shift, hari Minggu libur, dan tidak ada target. Aku langsung menerima tawaran itu dengan syarat aku baru bisa mulai kerja bulan depan (which is bulan November ini) karena saat itu masih pertengahan bulan Oktober. Aku harus memberi tahu atasanku kalau aku mau resign, dan sesuai prosedur aku harus menghabiskan masa kerjaku hingga akhir bulan.

But bad thing happened without us knowing. Ketika aku sudah memberikan a half month notice di kerjaanku saat itu, tiba-tiba saja aku dikabari kalau calon kerjaan baruku tidak jadi dikasihkan ke aku. WTF moment, uh? Pemilik usaha itu tiba-tiba saja merasa tidak perlu merekrut orang. Aku kehilangan kata-kata saat itu juga.

I was so bumped knowing that soon I’ll be leaving my job without clear future plan about my carrier. It’s not like I’ll be a carrier woman again, tho. But I still need to have a job to make money for my marriage preparation!

Tapi kenyataan itu tak lantas membuatku mengurungkan niat untuk resign. I hate my job too as it drained my energy and my time. Pada akhirnya aku tetap menjalani hari-hari terakhirku bekerja di sana, dan mengundurkan diri dengan baik-baik sesuai prosedur perusahaan.

Was I sad?

Nope.

Sebagian dari diriku merasa lega karena akhirnya bisa melepaskan diri dari pekerjaan yang sangat melelahkan fisik dan mentalku itu. I don’t mean to use my MBTI personality as an excuse but reality is that job really didn’t suit my personality.

Dan aku patut bersyukur karena pasanganku mendukung keputusanku, sambil terus memotivasi untuk mencari pekerjaan yang lebih cocok untukku.

But for now, I just want to rest.

Pada akhirnya, aku bisa bebas melakukan semua hal yang tidak bisa aku lakukan selama aku bekerja di perusahaan itu setahun ke belakang. Hari ini adalah hari pertama aku menganggur dan seharian ini aku sudah mencuci baju, membaca buku, main game, bahkan akhirnya aku kembali menulis di blog ini setelah setahun lebih! Damn, I’m more sad that I didn’t have a chance to write about my spouse here as I busy working :’D

Sekarang setelah aku mendapatkan cukup banyak waktu luang, aku berjanji untuk kembali menulis di blog medium ini. TMI, blog inilah yang membuatku “bertemu” dengan pasanganku sekarang, yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Hihihi excited to tell the world my love story.

--

--