Pelajaran dari Masa Lalu

yundaily
2 min readNov 30, 2023

--

pic from pinterest

Andai waktu bisa aku putar kembali.”

Andai waktu itu aku tidak melewatkan kesempatan.”

Andai aku bertemu dengannya lebih dulu.”

Rasanya tak akan ada habisnya kalau aku berandai-andai, mengharapkan yang telah lalu untuk terulang kembali. Meski begitu, aku tetap melakukannya.

Tak terasa aku sudah 28 tahun. Dua tahun lagi aku kepala tiga. Fakta itu tak lantas membuatku merasa telah dewasa. Justru semakin membuatku berandai-andai jika waktu yang telah berlalu bisa aku ulang lagi. Bukan berarti aku menyesali fase hidup yang telah lewat. Aku hanya merindukan masa remaja dan awal 20-an yang hangat.

Aku bahagia dan cukup tenang dengan fase hidupku sekarang. Aku bahkan bersyukur karena aku berhasil melalui semua hal yang terjadi, baik itu hal yang menyenangkan atau hal yang buruk sekalipun. Tapi pernah gak sih kamu berandai-andai akan jadi apa hidupmu sekarang jika ada satu atau dua hal di masa lalu yang bisa kamu ubah?

Alih-alih mengubah masa lalu, aku cenderung ingin mengulang beberapa fase hidupku yang telah berlalu.

Momen ketika aku pertama kali jatuh cinta. Dunia terasa begitu indah hanya dengan melihat anak cowok yang aku sukai lewat di depan kelasku.

Momen ketika aku pertama kali patah hati. Akibat janji yang tak ditepati dan harapan untuk menjalin kasih yang terhalang restu.

Momen ketika aku pertama kali bermimpi menjadi guru, namun mimpi itu harus pupus saat aku tidak diterima di Fakultas Keguruan.

Momen ketika aku pertama kali menyadari bahwa untuk mendapatkan cinta, aku harus mencintai diriku sendiri dulu.

Momen ketika aku pertama kali mendapatkan pekerjaan, walau dengan gaji seadanya dan sangat bertolak belakang dengan gelar sarjanaku.

Semua momen itu, dan momen-momen lain yang tidak bisa aku tuliskan di sini, membentukku menjadi diriku di masa kini. Aku tak lagi memiliki mimpi yang muluk. Bisa hidup tenang dengan melakukan hal yang aku suka, itu sudah cukup bagiku.

Hidup tenang di pinggir kota, memiliki pekerjaan yang menghasilkan tanpa harus lembur dan dikejar target, tinggal bersama pasangan hidup yang mencintaiku apa adanya; itu adalah mimpiku saat ini.

Andai dulu aku tak begitu, mungkin sekarang aku tak begini.

Pada akhirnya, hidup adalah tentang penerimaan. Masa yang telah berlalu biarlah menjadi momentum bahwa kita pernah berada di fase kekanakan, mengambil keputusan yang salah, jatuh cinta dengan orang yang salah, dan gagal meraih impian. Semua itu tak perlu disesali.

Aku tetap berharga dengan jalan hidup yang aku pilih. Hidupku tak akan berakhir hanya karena masa laluku yang penuh kisah menyedihkan dan memalukan.

Bukankah yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani masa sekarang dengan penuh rasa syukur?

--

--